Museum Mulawarman tak bisa dipandang sebelah mata meski nggak banyak orang di Nusantara yang mengetahui keberadaannya. Padahal di Museum Mulawarman kita bisa belajar banyak hal tentang sejarah bangsa, terutama mengenai Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kertanegara yang seringkali disalahpahami orang sebagai satu kerajaan yang sama.
SEJARAH SINGKAT KERAJAAN KUTAI, KUTAI KARTANEGARA DAN MUSEUM MULAWARMAN
Museum Mulawarman berawal dari kisah kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dan berdiri di abad ke-4 di sekitar hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.Peninggalan Kerajaan Kutai adalah Prasasti Mulawarman yang berjumlah 7 buah, yang sekaligus merupakan prasasti tertua yang pernah ditemukan di Indonesia. Replika Prasasti Mulawarman menjadi salah satu koleksi Museum Mulawarman yang sangat diminati. Sedangkan aslinya disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Sedangkan Kerajaan Kutai Kartanegara adalah sebuah kerajan bercorak Islam yang berdiri pada abad ke-13, travelers. Kerajaan Kutai Kartanegara adalah salah satu kerajaan yang berhasil ditaklukkan oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit dan tercantum dalam Kitab Negarakertagama. Di abad ke-16 Raja ke-13 Kutai Kartanegara yang bernama Aji Pangeran Sinum Panji mengalahkan Kerajaan Kutai dengan membunuh raja Dharma Setia, sekaligus mengakhiri riwayat Kerajaan Kutai untuk selamanya.
Kerajaan Kutai Kartanegara berubah menjadi kerajaan Islam yang bercorak kesultanan setelah agama Islam mulai diperkenalkan di Kalimantan oleh Tuan Tunggang Parangan di abad ke-17. Kerajaan ini juga berpindah tangan beberapa kali dari Kesultanan Banjar, VOC, Inggris, Pemerintah Kolonial Belanda dan Jepang selama beratus-ratus tahun.
Apa yang membuat penjajah tertarik dengan Kerajaan Kutai Kartanegara apalagi kalo bukan batubara yang tersimpan di bawah tanah, terutama di sebuah daerah yang disebut dengan Laham.
Pemerintah Kolonial bersedia membayar kompensasi dengan jumlah 12.990 gulden per tahun kepada Sultan Kutai Kartanegara asalkan Sultan bersedia memberikan daerah tersebut kepada mereka. Tawaran ini diterima Sultan Aji Muhammad Alimuddin, sultan Kutai Kartanegara saat itu.
Dan pada awal abad ke-20 Kesultanan Kutai Kartanegara menjelma menjadi salah satu kerajaan terkaya di Indonesia dengan jumlah kekayaan sebesar 3,28 juta gulden.
Dana itulah yang kemudian dipakai oleh Sultan A.M Parikesit untuk membangun Istana Kesultanan Kutai Kartanegara pada tahun 1932 untuk menggantikan keraton lama yang kondisinya sudah tidak layak. Di masa kemerdekaan, atau tepatnya di tahun 1960, Sultan terakhir Kesultanan Kutai Kartanegara menyerahkan kedaulatan kesultanan kepada pemerintah Republik dan Istana Kutai Kartanegara beralih fungsi menjadi sebuah museum yang sekarang kamu kenal dengan nama Museum Mulawarman.
KOLEKSI LENGKAP
Setelah sempat mengalami musibah kebakaran beberapa tahun lalu, Museum Mulawarman kembali dibangun dengan penambahan sentuhan arsitektur Dayak di beberapa bagian. Di Museum Mulawarman kamu bisa melihat-lihat benda-benda bersejarah yang melambangkan perjalanan sejarah yang telah dilalui oleh Kesultanan Kutai Kartanegara, sejak masih bercorak Hindu, menjadi kesultanan Islam, bergabung dengan Republik Indonesia dan kembali dihidupkan sebagai lambang budaya di tahun 2002.Selain replika Prasasti Yupa, peninggalan Kerajaan Kutai di Museum Mulawarman adalah arca Lembu Swana yang dibuat di Burma di tahun 1850. Arca Lembu Swana ini sekilas mirip dengan arca Nandi dan fungsinya juga sama, yaitu sebagai kendaraan Dewa Siwa. Hanya saja bentuk fisik Lembu Swana lebih kompleks karena bentuknya sama sekali tidak mirip lembu/sapi, melainkan gabungan antara gajah, burung, sapi dan ayam jantan.
Sebuah singgasana bagi raja dan permaisurinya bergaya Eropa juga menjadi salah satu benda koleksi andalan Museum Mulawarman. Singgasana ini sudah ada sejak Museum Mulawarman masih dijadikan Istana Kesultanan Kutai Kartanegara, travelers. Tampakya singgasana itu satu paket dengan bangunan Istana yang pendiriannya dibantu oleh Pemerintah Kolonial.
Karena berdiri di Tanah Kalimantan, agak aneh rasanya kalo Museum Mulawarman nggak punya benda-benda yang berkaitan dengan Suku Dayak, suku asli Kalimantan. Jangan khawatir karena kamu bisa kok menemukan jejak suku Dayak di Museum Mulawarman yang berupa Ulap Doyo, yaitu sejenis alat tenun tradisional khas buatan masyarakat Dayak.
Interaksi Kesultanan Kutai Kartanegara dengan kerajaan dan bangsa asing di luar Kalimantan juga bisa kamu temukan buktinya di Museum Mulawarman, travelers. Di antaranya adalah seperangkat gamelan pemberian Kesultanan Yogyakarta di tahun 1855, beberapa keramik dari Tiongkok, Jepang, Vietnam dan Thailand. Dan terutama adalah meriam tua Sapu Jagad yang ditinggalkan VOC di masa pendudukan. Oya, kamu juga bisa berkunjung dan berziarah ke kompleks makam para raja dan sultan Kutai Kartanegara yang masih termasuk dalam areal Museum Mulawarman.
LOKASI MUSEUM MULAWARMAN
Museum Mulawarman berdiri dengan megah di Jalan Diponegoro, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, dikelilingi sebuah taman luas yang asri dan arca Lembu Swana berwarna keemasan di halaman depan. Buat mendatangi dan menemukan Museum Mulawarman sebenarnya nggak sulit soalnya Tenggarong adalah sebuah kota kecil di dekat Samarinda, ibukota Propinsi Kalimantan Timur. Cara paling mudah mendatangi Museum Mulawarman adalah naik pesawat dulu ke Samarinda atau ke Balikpapan, kemudian naik taksi ke Tenggarong, travelers.Di Museum Mulawarman juga tersedia beberapa kios dimana kamu bisa membeli aneka cinderamata atau suvenir yang akan mengingatkanmu selalu pada museum dan sejarah Kutai Kartanegara yang menyimpan sejuta cerita. Ada aneka pernak-pernik khas Kaltim, senjata khas Kaltim, gelang, kain tenun dan ada juga batu akik loh.
(PEGIPEGI.CO)
Share This Article :